Minggu, 30 Oktober 2011

Apoteker Industri

Dalam artikel sebelumnya mungkin saya membahas soal Apoteker Rumah Sakit, kali ini saya akan mengulas tentang lulusan farmasi yang berpandangan dengan dunia industri. yaaah buat mahasiswa yang sering nge-date ma kimia bisa ambil peluang kerja bidang ini. 
Bidang-bidang kerja yang bisa digeluti oleh apoteker selain pembuatan obat adalah marketing dengan melakukan pemasaran obat-obatan, atau bisa juga menggeluti bidang regulasi seperti Dinas Kesehatan atau Badan Pengawas Obat dan Makanan, selain itu apoteker bisa menjadi mitra yang sejajar dengan dokter di Rumah Sakit, atau bidang-bidang lain yang berkitan dengan kesehatan.
Industri Farmasi merupakan salah satu contoh bidang yang cukup banyak digeluti oleh apoteker. Di Industri Farmasi banyak divisi atau bagian yang bisa ditempati oleh seorang apoteker. Salah satu bagian yang mungkin kurang dikenal adalah PPIC atau Production Planning and Inventory Control. Dari namanya tentu sudah bisa diperkirakan seperti apakah kerja di bagian PPIC ini. PPIC bertanggung jawab terhadap pengadaan berbagai macam bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi, baik bahan aktif, bahan pembantu, maupun bahan-bahan kemas.
PPIC bertanggung jawab dalam merencanakan jadwal produksi, apakah selanjutnya akan diproduksi tablet, sirup, atau jenis sediaan lainnya. Hal ini dikarenakan PPIC merupakan bagian yang paling mengetahui detail dari jenis dan jumlah stok bahan-bahan baku yang disimpan di gudang. Misalnya, stok bahan untuk pembuatan suatu tablet tidak ada maka PPIC tidak akan menjadwalkan pembuatan atau produksi tablet.
PPIC harus mempertimbangkan segala sesuatunya dari berbagai aspek. Jangan sampai karena ingin mencari ”aman”, semua bahan baku didatangkan dalam jumlah yang besar dari awal. Semuanya perlu perhitungan yang jelas, matang, akurat akan berbagai hal, di antaranya :
  1. Target produksi yang telah disepakati bersama misal: bulan depan tablet A harus ada 100 bets, sirop B cukup 200 bets saja, dan krim C 300 bets.
  2. Mempertimbangkan lead-time atau waktu tunggu kedatangan barang sejak tanggal pemesanan misalnya, mendatangkan avicel dari India untuk kebutuhan tablet parasetamol butuh waktu 6 bulan sejak keluar in-voice.
  3. Mempertimbangkan kapasitas gudang, misalnya kapasitas gudang perusahaan hanya 20 pallet maka jangan memproduksi lebih dari 20 pallet.
Tiga point di atas merupakan tiga point utama dari sekian banyak pertimbangan yang harus dilakukan oleh seorang PPIC. Cukup untuk membuat pusing memang, apalagi stok bahan yang harus dipantau tidak hanya puluhan tapi juga ratusan.
Dari tanggungjawab divisi PPIC seperti tergambar kasar di atas, tentunya akan muncul pekerjaan-pekerjaan turunan yang menjadi tanggung jawab para staf PPIC, misalnya saja:
  1. Rapat bulanan atau setiap X-bulan sekali dengan divisi-divisi terkait untuk menentukan target produksi. Otomatis harus menyiapkan berbagai laporan baik itu laporan tahunan, bulanan, bahkan mingguan untuk menghadapi meeting tersebut.
  2. Membuat jadwal produksi plus memeriksa/monitoring kondisi stok bahan-bahan baku/kemas.
  3. Penyiapan/pembuatan berbagai macam dokumen yang berhubungan dengan pemesanan/pengadaan bahan baku atau bahan kemas.
  4. Korespondensi atau hubungi lewat telepon para supplier bahan baku atau bahan kemas.
  5. Berkoordinasi dengan Divisi Produksi mengenai proses produksi yang sedang berjalan, akan berjalan, atau ”tertunda” berjalan.
  6. Berkoordinasi dengan Divisi Quality (QA/QC) mengenai proses pemeriksaan bahan-bahan baku/kemas yang masuk.
  7. Berkoordinasi dengan pihak gudang (jika pihak gudang tidak berada di bawah PPIC), memastikan kondisi fisik gudang (penuh dengan barang ataukah sangat penuh), mengontrol proses penyimpanan, penerimaan, dan pengeluaran barang berjalan sesuai SOP (Standard Operational Procedure), pembuatan SOP sebagai panduan kerja para staf gudang.
Nah, mungkin ilmu farmasi para apoteker di divisi PPIC akan terlihat dibutuhkan untuk poin terakhir ini yaitu fokus pada penanganan dan penyimpanan material.

0 komentar:

Posting Komentar